WELCOME TOINUYASHA LOV3R'S BLOG
THANKS 4 VISITING

02 Agustus 2011

Sinopsis Dream High Episode 4


Hye Mi menatap penampilan Baek Hee di panggung dengan ekspresi kaku.
Jin Kuk melirik ke arah Hye Mi.
"Tidakkah kau pikir Baek Hee luar biasa?" tanya In Sung. "Dia kelihatan seperti orang yang berbeda."
"Kelihatannya ia bagus karena efek cahaya." kata Ah Jeong.
"Bukan karena efek cahaya, melainkan karena bandul." ujar teman mereka menanggapi. "Kudengar ia menerima bandul dari Direktur."
"Kelihatannya bandul itu memberikan keberuntungan untuknya." ujar teman yang lain.
Hye Mi mendengar percakapan mereka.
"Lihatlah." ujar Baek Hee dalam hati pada Hye Mi. "Ini adalah duniaku."


Di tempat lain, Sam Dong masih saja menunggui si anak hilang.
Setelah beberapa lama, akhirnya ibu si anak hilang datang dan menjemput putrinya itu.
Sam Dong tidak sadar kalau waktu sudah berjalan lama dan ia terlambat.
"Ah, sudah terlambat!" serunya terkejut ketika melihat jam. Ia bergegas berlari pergi.



Sementara itu di Kirin, Bum Soo mempersilahkan ketiga murid spesial untuk maju memperkenalkan diri.
"Ketiga murid ini dipilih secara khusus oleh Direktur." kata Bum Soo. "Tuan Kang, mohon panggil ketiga murid khusus untuk maju ke atas panggung."
"Tapi kami belum menyiapkan apa-apa." tolak Oh Hyuk.
"Kami tahu kalian belum siap." kata Bum Soo. "Mohon naik ke atas panggung dan lakukan pertunjukkan."
Bum Soo sengaja melakukan itu untuk menentang Ha Myung.
Hye Mi dan Jin Kuk hanya diam.
Murid-murid lain mulai mengompor-ngompori.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Ah Jeong. "Jika kalian punya bakat, cepat naik ke atas panggung!"
"Naik, naik, naik, naik!" seru murid-murid lain.




Hye Mi bangkit dari duduknya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jin Kuk.
"Kita tidak bisa hanya duduk diam." kata Hye Mi.
Hye Mi dan Jin Kuk maju ke atas panggung. Para wartawan mulai memotret mereka.
Jin Kuk memejamkan matanya. Kilatan kamera itu membuatnya merasa tidak nyaman. Jin Kuk menjatuhkan micnya dan turun dari panggung dengan santai, meninggalkan Hye Mi sendiri.



Hye Mi sendirian di atas panggung.
Murid-murid mulai menyoraki, "Keluar, keluar, keluar!"
Jin Kuk berjalan keluar ruangan acara. Di sana, ia bertabrakan dengan Sam Dong.
"Maafkan aku!" kata Sam Dong.
Sam Dong masuk ke ruangan acara Ia terkejut melihat Hye Mi ada diatas panggung dengan teriakan-teriakan yang menyuruhnya keluar.


Berita miring mulai tersebar mengenai ketiga murid khusus. Media mengatakan bahwa ketiga murid khusus sama sekali tidak memiliki bakat dan kemampuan.
"Aku sudah berusaha agar para wartawan berhenti memotret." ujar Bum Soo pada Ha Myung.
"Kau sudah berusaha." ujar Ha Myung tenang.
"Masalah ada pada guru dan muridnya." kata Bum Soo. "Tolong izinkan Tuan Kang dan ketiga murid khusus meninggalkan sekolah ini. Itulah satu-satunya jawaban."
"Kurasa itu bukan jawaban yang terbaik." kata Ha Myung. "Baiklah, aku akan memberimu jawaban saat pertemuan."

"Matrikulasi dibatalkan?!" seru Sam Dong terkejut ketika ia sudah berada di rumah Oh Hyuk.
"Walaupun belum dipastikan, tapi sepertinya iya." jawab Oh Hyuk.
"Itu artinya aku harus pulang ke rumah?" tanya Sam Dong lagi.
"Maafkan aku." ujar Oh Hyuk.
"Hye Mi... Dimana Hye Mi?" tanya Sam Dong, mendadak teringat.


Saat itu, Hye Mi sedang memeluk Hye Sung.
"Lepaskan aku!" teriak Hye Sung, mencoba melepaskan diri dari Hye Mi. "Aku tidak bisa bernapas!"
"Jangan bergerak." kata Hye Mi.
"Ada apa denganmu?" tanya Hye Sung. Tidak biasanya kakaknya bersikap begitu.
"Tidak ada apa-apa." jawab Hye Mi berbohong. Kilatan kejadian tadi siang muncul lagi di kepala Hye Mi.



Di lain sisi, Jin Kuk juga sedang pusing memikirkan kejadian tadi siang. Kata-kata ayahnya terngiang di telinganya.
"Aku membiarkanmu keluar karena kau berkata ingin hidup tenang." ujar Moo Jin. "Jika kau tidak bisa hidup tenang, aku akan mengirimmu bersekolah ke luar negeri."
Jin Kuk memejamkan matanya.



Sam Dong berdiri di balkon seorang diri.
"Kenapa bintang-bintang di Seoul sangat sedikit?" gumamnya seorang diri. "Kenapa langit menjadi gelap secara tiba-tiba?


Malam berubah menjadi pagi.
Ketiga murid khusus bersiap pergi ke sekolah untuk mendengar keputusan mengenai kelanjutan nasib mereka di Kirin.
Hye Mi mengenakan sepatunya, tapi sial hak sepatunya lepas.
"Kenapa tidak ada hal yang berjalan lancar untukku?" keluh Hye Mi.
Di saat yang sama, Jin Kuk hendak masuk ke dalam rumah dan mendengar keluhan Hye Mi.
"Tidak ada yang berjalan lancar." seru Hye Mi. "Sedikit pun tidak ada. Kenapa seperti ini?!"
Saking kesalnya, Hye Mi melempar sepatunya ke dinding.


                       

Hye Mi mengomel-ngomel sendiri. Oh Hyuk, Hye Sung dan Sam Dong menontonnya dengan takut-takut.
"Dengan siapa ia bicara?" tanya Sam Dong.
"Dengan sepatu." jawab Hye Sung.
Sam Dong mendekati Hye Mi. "Biar kubantu memperbaikinya."
"Pergi!" bentak Hye Mi. "Kau pulanglah! Kau bukan siapa-siapa! Kau tidak punya bakat! Aku berbohong padamu! Karena itulah lebih baik kau cepat pergi!"
Sam Dong hanya diam, menatap Hye Mi tanpa mengatakan apapun.
Hye Mi keluar dari rumah.



Hye Mi berteriak kesal dan hendak melempar sepatunya, tapi Jin Kuk datang dan menahan tangannya.
"Jika kau berbohong pada seseorang, seharusnya kau minta maaf." ujar Jin Kuk seraya mengambil sepatu dari tangan Hye Mi. "Jika sepatu rusak, hanya tinggal diperbaiki saja. Tidak perlu marah-marah."
"Semua berantakan karena kau!" ujar Hye Mi kesal.
Jin Kuk memperbaiki sepatu Hye Mi kemudian meletakkannya di depan kaki Hye Mi agar bisa dipakai.
"Jika kau sedih, menangis saja, jangan mencari pelampiasan." kata Jin Kuk tenang.
"Satu-satunya cara agar aku bisa membayar hutangku adalah dengan bersekolah disana." kata Hye Mi, menangis. "Setelah aku bisa membayar hutang, aku akan meraih mimpiku."


Hye Mi berbalik agar tangisnya tidak terlihat.
Jin Kuk iba. "Kau tidak boleh menangis." katanya. "Gadis lain akan terlihat cantik jika menangis. Tapi kau berbeda. Kau terlihat jelek. Karena itulah, jangan menangis."
Hye Mi berbalik dan memelototi Jin Kuk dengan kesal.
Jin Kuk langsung memasangkan helm di kepala Hye Mi.
"Maafkan aku." ujar Jin Kuk. "Maafkan aku."
Hye Mi menatap Jin Kuk.
"Ayo. Kau harus pergi ke sekolah itu, bukan?" tanya Jin Kuk. "Aku juga akan bertahan hingga akhir."



Murid-murid Kirin menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan mereka. Mereka dituntut untuk memiliki berat badan yang ideal sesuai dengan tinggi mereka.
Pil Sook dituntut untuk menurunkan berat badan 3 kg dalam satu minggu.
"Apa?!" seru Pil Sook shock.
"Mulai besok, kay tidak boleh naik bus lagi." kata Guru Style, Maeng Seung Hee. "Kau harus berjalan kaki. Setelah jam 7, kau tidak boleh minum air. Kau harus sarapan layaknya seorang ratu (banyak) dan makan malam seperti pengemis (sedikit). Dijamin berat badanmu akan turun 3 kg dalam seminggu."
"Bagaimana jika berat badanku tidak bisa turun?" tanya Pil Sook.
"Nilaimu akan dikurangi 50." jawab Seung Hee. "Jika berat badanmu naik, nilaimu akan dikurangi 70."




Tidak lama kemudian Hye Mi masuk ke dalam ruangan itu.
"Maaf aku terlambat." ujar Hye Mi.
"Kudengar keputusanmu belum keluar." kata Seung Hee.
"Tapi mereka tidak menyuruhku pergi." jawab Hye Mi berani.


Rapat guru Kirin dimulai.
Bum Soo dan beberapa sekutunya menolak adanya siswa khusus.
"Akulah yang membawa murid-murid itu." kata Ha Myung. "Jadi biarkan aku yang menyelesaikan masalah ini."
Ha Myung menolak pengeluaran siswa khusus. Ketegasan Ha Myung membuat semuanya terdiam.



Saat Hye Mi sedang berada di toilet wanita, Baek Hee datang.
"Jujur saja pada dirimu." kata Baek Hee sinis. "Kau tidak menyukai sekolah ini, bukan? Kenapa kau keras kepala? Apapun yang terjadi, kau pasti akan tereliminasi."
Sambil berkata seperti ini, Baek Hee memegangi bandul pemberian Ha Myung.
Hye Mi tersenyum, melihat Baek Hee memegangi kalungnya. "Kelihatannya kau takut padaku." katanya. "Adakah hal lain yang kau takutkan? Ayahku mengatakan, ada dua alasan kenapa seseorang berkata seperti itu. Yang pertama adalah tidak memiliki kepercayaan diri dan yang kedua adalah karena takut."
"Apa kau sudah selesai?!" teriak Baek Hee marah.
"Apa kau masih merasa takut?" tanya Hye Mi, tersenyum mengejek. "Takut jika aku tetap disini, kau akan menjadi pengikut Hye Mi lagi."
Baek Hee menampar wajah Hye Mi, kemudian menjambak rambutnya.


Baek Hee dan Hye Mi akhirnya berkelahi.
Murid-murid lain langsung berlari menghampiri. Ketika murid-murid datang, Baek Hee berpura-pura terjatuh dan pingsan.
"Go Hye Mi, apa yang kau lakukan?!" seru murid-murid.
"Yoon Baek Hee, berhentilah berpura-pura pingsan!" seru Hye Mi. "Bangun!"


In Sung membopong Baek Hee dan hendak melarikannya ke klinik.
Mendadak Baek Hee sadar kalungnya menghilang.
"Tunggu!" seru Baek Hee, turun dari punggung In Sung.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya In Sung.
"Kalungku tidak ada." kata Baek Hee.


Selain membicarakan masalah murid khusus, Ha Myung mengangkat Bum Soo sebagai kepala sekolah.
"Aku akan menyerahkan Kirin di bawah pengawasanmu." ujar Ha Myung. "Tapi para siswa khusus dan Tuan Kang tidak boleh meninggalkan sekolah ini."



Hye Mi berjalan seorang diri. Mendadak ia terhenti karena melihat bandul milik Baek Hee.
"Bandul keberuntungan?" gumam Hye Mi seraya memungut bandul itu. "Benarkah?"


Tidak lama kemudian Jin Kuk datang sambil berlari. "Go Hye Mi!" panggilnya. "Apa kau sudah dengar berita? Kita bisa melanjutkan bersekolah disini."
"Benarkah?!" seru Hye Mi.
"Tentu saja." jawab Jin Kuk, tersenyum senang. "Ayo kita ambil kartu siswa kita! Ayo!"
"Tidak mungkin." gumam Hye Mi seraya memandang bandul itu. Benarkah itu memang bandul keberuntungan?


Baek Hee kelabakan mencari bandulnya. Ia sangat panik. Ditambah lagi berita mengenai keputusan penetapan para murid khusus agar tetap bisa bersekolah di Kirin.



Ha Myung berdiri di depan jendela ruangannya seraya menatap murid-murid Kirin yang sedang berlatih.
Oh Hyuk masuk ke dalam ruangan itu.
"Perang baru saja akan dimulai." kata Ha Myung. "Ini akan menjadi perang yang panjang dan sulit."
"Perang?" tanya Oh Hyuk tidak mengerti.
"Sebenarnya ini adalah perangku." kata Ha Myung. "Mulai saat ini, Tuan Kang yang akan mengambil alih."
"Aku tidak mengerti." ujar Oh Hyuk bingung.
"Aku yakin Tuan Kang bisa memenangkan perang ini." kata Ha Myung tenang. "Kualifikasi, kemampuan. Kau sudah dibekali itu semua."
"Aku?"
Kang Oh Hyuk dikenal sebagai guru yang paling tidak kompeten, tapi rupanya Ha Myung tidak berpikir demikian.

Setelah berbincang dengan Ha Myung, Oh Hyuk kembali ke tempat duduknya di kantor. Di meja, ia menemukan sebuah bingkisan. Bingkisan itu berisi buku dengan judul Dream High dan sebuah surat kecil. Buku itu adalah milik Jang Jin Man.
"Catatan apa ini?" gumam Oh Hyuk. "Kenapa buku ini bisa ada pada Direktur?"
Oh Hyuk membaca surat Ha Myung.
"Apakah kau terkejut kenapa buku ini ada padaku?" tanya Ha Myung dalam suratnya. Saat itu, Ha Myung sedang ada di bandara. "Sebelum kujawab pertanyaan itu, kuharap kau bisa mengingat buku yang kupinjam 23 tahun yang lalu. Mungkin saja jawabannya ada disana."
Oh Hyuk membuka buku tersebut.


Song Sam Dong datang ke Kirin dengan penampilan kampungan.
Semua murid-murid melihat dan menertawakannya. Mereka berbisik-bisik mengomentari Sam Dong yang jelek-jelek.
Sam Dong berjalan perlahan. Ia kemudian melihat Jason sedang bernyanyi dan Pil Sook memainkan keyboard. Sam Dong teringat kata-kata ibunya, "Ia tidak benar-benar suka padamu!"
Sam Dong menatap gantungan hp pemberian Hye Mi, lalu maju dan merebut mic Jason.
"Kau adalah orang yang paling bengis di sekolah ini." katanya pada Jason.
Jason bingung.



Di sisi lain.
"Dimana Song Sam Dong?" tanya Oh Hyuk pada Jin Kuk dan Hye Mi. "Sejak ia pergi, aku tidak pernah melihatnya lagi."
"Mungkin ia kembali ke kampungnya setelah mendapat tekanan." jawab Jin Kuk.
"Itu hanya masalah kecil." kata Hye Mi. "Tidak perlu terlalu dipikirkan."
Tiba-tiba seorang murid datang sambil melepon temannya. "Orang desa itu ingin berduel dengan Jason." katanya di telepon.
Hye Mi, Jin Kuk dan Oh Hyuk menatap kaget.
"Orang desa itu mungkin saja Song Sam Dong." kata Oh Hyuk.